― Advertisement ―

Kuota M-Paspor Kantor Imigrasi Surabaya Ditambah 200 Slot, Urai Keluhan Masyarakat

Surabaya, Wirafokus.com - Kabar gembira bagi masyarakat Surabaya yang ingin mengurus paspor! Kantor Imigrasi Surabaya menambah kuota layanan paspor pada aplikasi M-Paspor sebanyak 200...
BerandaPolitik dan PemerintahanYusril: Tidak Akan Ikut Manuver Amin Rais, Pengalaman Tetap Menjadi Guru Yang...

Yusril: Tidak Akan Ikut Manuver Amin Rais, Pengalaman Tetap Menjadi Guru Yang Bijak

Jakarta, wirafokus.com – Menanggapi pernyataan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais untuk maju menjadi calon presiden 2019, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Prof. Yusril Ihza Mahendra mengatakan bahwa dalam pepatah jawa ucapan pemimpin itu adalah “sabdo pandito ratu” artinya ucapan seseorang yang kedudukannya sangat tinggi, bagai seorang pandito (guru maha bijaksana) dan seorang ratu (raja).

Menurut Yusril ucapan pemimpin haruslah ucapan yang serius dan terpercaya. Ucapan yang sudah dipikirkan dengan matang segala akibat dan implikasinya. Ucapan pemimpin itu yang akan jadi pegangan bagi rakyat dan pendukungnya.

“Ucapan pemimpin itu harus lahir dari hati yang tulus, bukan kata bersayap, yang seolah diucapkan dengan kejujuran, tetapi dibelakangnya mempunyai agenda pribadi yang tersembunyi,” kata Yusril.

Karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka ucapannya tidak boleh “mencla-mencle, pagi ngomong dele, sore ngomong tempe”. Artinya, ucapannya berubah-ubah atau inkosisten, sehingga membingungkan rakyat dan pendukungnya

Lanjut Yusril, karena ucapan pemimpin adalah sabdo pandito ratu, maka pemimpin itu tidak boleh “plintat plintut” alias “munafiqun”, dalam makna, lain yang diucapkan, lain pula yang dikerjakan. Pemimpin seperti ini akan kehilangan kredibilitas di mata rakyat dan pendukungnya

Berpedoman pada pepatah Jawa itu, Yusril kemudian menyinggung manuver Amien Rais terkait Pilres 2019. Dia mengatakan, sejak awal tidak berminat atau pun tertarik dengan inisiatif Amien Rais yang melakukan lobi sana-sini untuk memilih siapa yang akan maju dalam Pilpres 2019 menghadapi Jokowi sebagai petahana.

“Pengalaman, adalah guru yang paling bijak. Tahun 1999 dalam pertemuan di rumah Dr Fuad Bawazier, Pak Amien meyakinkan kami semua untuk mencalonkan Gus Dur. Saya dan MS Kaban menolak. Kami tidak ingin mempermainkan orang untuk suatu agenda tersembunyi,” ujarnya

“Tahun 2018 ini pun saya tidak ingin ikut-ikutan dengan manuver Pak Amien Rais, bukan karena saya apriori, tetapi saya belajar dari pengalaman. Saya kini Ketua Umum Partai. Saya ibarat nakhoda, yang harus membawa penumpang ke arah yang benar, dengan cara-cara yang benar pula,” sambung Yusril.

Yusril menambahkan, pengalaman tetap menjadi guru yang bijak baginya. “Dan mudah -mudahan bagi orang lain juga,” sambungnya. (red/kij)