― Advertisement ―

Apakabar JLS Jatim, 23 Tahun Tak Selesai. Ketua DPD RI: Harus Dipercepat

Surabaya, Wirafokus.com - Telah berlangsung selama 23 tahun lebih, pembangunan Jalan Pantai Selatan (Pansela) di Jawa Timur belum juga rampung. Berdasarkan dokumen RPJPD panjang...
BerandaJatimGubernur Khofifah: Industri Yang Berbasis Padat Karya dan Berorientasi Eksport Harus Mendapat...

Gubernur Khofifah: Industri Yang Berbasis Padat Karya dan Berorientasi Eksport Harus Mendapat Perhatian Khusus.

Ket foto : Gubernur Khofifah melihat hasil industri padat karya berorientasi eksport

Sidoarjo, wirafokus.com – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berupaya agar industri padat karya berorientasi eksport di Jawa Timur bisa terus ditumbuh kembangkan  dan mendorong pertumbuhan  ekonomi di Jawa Timur. Pihaknya terus melakukan upaya agar industri padat karya berorientasi eksport  tidak akan melakukan relokasi atau bahkan terjadi capital flight.

Karenanya, Khofifah melakukan kunjungan ke dua industri akas kaki dan industri peralatan rumah tangga yang ketiganya  berbasis  padat karya dan  berorientasi ekspor  di wilayah Kabupaten Sidoarjo, sehari jelang penetapan UMK tahun 2020, Selasa (19/11/2019).

Kunjungan Khofifah ke tiga titik industri padat karya itu dilakukan untuk menyerap informasi serta mendapatkan masukan guna menjaga agar sektor industri yang membuka luas lapangan kerja bisa tetap survive dan berkembang serta  karyawannya terpenuhi kesejahteraannya .

Titik industri padat karya yang dikunjungi Khofifah adalah PT. Ecco Indonesia di Jl. Raya Bligo No. 17, Bendung Sidoarjo, PT. Rajapaksi Adyaperkasa di Jl. Raya Candi No. 20, Sidoarjo dan juga PT Maspion di kawasan Aloha Sidoarjo.

Kepada para pimpinan perusahaan tersebut Gubernur Khofifah meminta agar mereka terus meningkatkan produksinya sehingga bisa menjadikan Jatim semakin bisa bersaing dan terdepan.

Selain itu, Gubernur Khofifah juga meminta agar perusahaan-perusahaan ini terus beroperasi di Jatim dan tidak berpindah ke provinsi ataupun negara lain.

“Saya berharap perusahaan ini bisa terus beroperasi di Jatim, dan jangan sampai pindah ke negara atau ke provinsi lain. Serta jika terdapat kendala, Pemprov siap mendengarkan dan mencarikan solusi terbaiknya, secara bersama-sama sesuai regulasi yang berlaku,” ucap Khofifah.

Hasil peninjauan ke industri padat karya berorientasi eksport  yang dilakukan ternyata banyak masukan dan informasi yang didapatkan Khofifah. Misalnya industri alas kaki kini sedang tertekan lantaran adanya penurunan pangsa pasar dunia. Sementara import sepatu jadi tidak dibatasi sehingga menekan produk lokal.

“Jawa Timur diharapkan pemerintah pusat  bisa mengoptimalkan ekspor terutama di industri alas kaki. Maka saya datang di dua titik industri alas kaki, yang satu 100 persen produknya diekspor dan yang satu dulu 70 persen produknya diekspor. Namun hari ini pangsa pasarnya yang semula ke Eropa ternyata mengalami penurunan agak signifikan,” kata Khofifah.

Padahal sektor industri alas kaki ini menurut pemerintah saat ini diharapkan tumbuh pesat sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. Selain industri alas kaki, saat ini  pemerintah pusat juga menargetkan agar pemerintah daerah terus mendorong dan memanfaatkan peluang eskpor khususnya di bidang tekstil dan produk tekstil (TPT) yang Jawa Timur juga memiliki  potensi yang  besar.

“Maka ketika  beberapa gubernur  diundang  rapat kordinasi  dengan Gubernur Bank Indonesia (BI)  beberapa waktu lalu, yang saat itu juga hadir Menko Perekonomian dan beberapa menteri, saya sampaikan, untuk industri yang berbasis padat karya dan berorientasi eksport  di Ring 1 Jatim harus mendapat perhatian khusus. Mereka harus mendapat insentif ekonomi tertentu. Karena Pak Presiden  sudah memerintahkan, buka lapangan kerja baru dan tingkatkan eksport,” lanjutnya.

Mantan Menteri Sosial dan Menteri Pemberdayaan Perempuan itu menyampaikan karena di Ring 1 Jatim, untuk padat karya, sangat dibutuhkan keberadaannya sebagai penyokong roda ekonomi juga penyedia lapangan kerja dalam skala besar.

“Kalau tidak disupport insentif, saya khawatir akan banyak yang melakukan relokasi industrinya. Yang sudah melakukan relokasi, di Nganjuk misalnya, ada yang relokasi juga di Ngawi,” ujar gubernur perempuan pertama Jatim ini.

Karenanya, dalam kondisi seperti ini beberapa pertimbangan strategis harus diperhitungkan. Maka dalam penetapan UMK tahun 2020 Khofifah meminta Dewan Pengupahan dan Apindo, untuk terus membangun pertimbangan-pertimbangan untuk membangun iklim berusaha yang kondusif dan konstruktif – produktif.

Dengan harapan tetap bisa membangun keseimbangan antara suasana yang kondusif bagi dunia usaha serta kesejahteraan dan perlindungan bagi  tenaga kerja. Iklim ketenagakerjaan yang sehat akan berdampak baik terhadap perekonomian Jawa Timur yang diarahkan untuk sebesar besarnya kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.(Red/Fks)